Perpustakaan
sebagai penyedia jasa layanan kepada pemustaka untuk meningkatkan pelayanan
dengan memanfaatkan sarana dan teknologi yang berkembang pesat. Perkembangan
teknologi yang pesat dan ditambah dengan lambatnya proses rekruitmen staf yang
sangat diperlukan mendorong perpustakaan
untuk mengubah sistem manajemen yang ada selama ini. Salah satu perkembangan
teknologi yang disebut-sebut sebagai penerus teknologi barcode adalah teknologi
RFID (Radio Frequency Identification).
Teknologi ini telah diterapkan di perusahaan-perusahaan besar dan beberapa
perpustakaan di seluruh dunia mulai mengadopsinya untuk keperluan kemudahan proses pelayanan pemustaka dan pelayanan teknis. Bagi pelayanan
pemustaka, penerapan teknologi RFID sangat membantu dalam pemberian pelayanan
sirkulasi bahan perpustakaan yang
dapat dilakukan secara mandiri oleh pemustaka sedang bagi pelayanan teknis teknologi RFID membantu
menekan angka kehilangan koleksi dan memudahkan kontrol inventarisasi buku di
perpustakaan seperti yang dikatakan Mamatha (2013): “The libraries across the globe started to use RFID to speed up the self
check in/out processes, to control the theft and to ease the inventory control
in library”.
Tidak
seperti teknologi barcode yang harus jelas terlihat untuk proses deteksi
dan hanya menyimpan data bibliografis buku, teknologi tag RFID bisa ditempatkan di bagian depan atau bagian belakang buku dan tidak harus terlihat karena tag masih tetap akan terdeteksi.
Teknologi RFID dapat menyimpan data koleksi dan mendeteksinya seperti keberadaan buku di rak, nomor
klasifikasi buku, dan pengarang buku.
RFID
Sejarah dimulainya RFID mungkin saja
masih menjadi perdebatan tetapi yang pasti penggunaan teknologi yang mirip
dengan teknologi RFID telah dilakukan pada tahun 1939 oleh tentara Inggris yang
menemukan teknologi IFF yang kemudian dipergunakan oleh tentara sekutu untuk
melacak keberadaan pesawat kawan maupun lawan saat Perang Dunia II terjadi.
Tahun 1945, Léon
Theremin
menemukan alat-alat pemata-mata yang dapat memancarkan gelombang radio. Yang
tak kalah pentingnya adalah tulisan karya ilmiah Harry Stockman berjudul Communication by Means of Reflected Power yang dimuat di IRE pada tahun 1948 yang
memperkirakan bahwa pengembangan teknologi komunikasi tenaga pantulan dan
aplikasinya tersebut akan serius ditekuni dan dikembangkan.
Penemuan
Mario Cardullo yang dipatenkan
di Paten Amerika Serikat pada tahun 1973 merupakan babak baru RFID modern
walaupun masih belum menggunakan istilah RFID untuk penemuannya. Baru pada
tahun 1983 Charles Walton mempatenkan
temuannya pada Paten Amerika Serikat dengan menggunakan istilah RFID
didalamnya.
Teknologi
RFID secara perlahan tapi pasti mulai menggeser kedudukan teknologi barcode yang kelebihannya berada dibawah
teknologi RFID. Teknologi RFID merupakan teknologi berbasis frekuensi radio.
RFID memungkinkan terjadinya komunikasi antara komputer dan benda yang diidentifikasi
scara wireless (nirkabel). Dibandingkan pendahulunya yaitu
teknologi berbasis barcode yang hanya
dapat mendeteksi benda dengan cara membaca label menggunakan teknologi image, teknologi berbasis RFID dapat mendeteksi benda dan manusia dengan
cara membaca label menggunakan frekuensi radio dengan alat deteksi berupa label
RFID atau transponder (tag) yang dimasukkan kedalam sebuah
produk seperti yang ditulis oleh Roussos (2008) “… and communication technologies that share the capability to automatically
identify objects, locations, and individuals to computing systems without any
need for manual intervention.” Penggunaan barcode dianggap tidak efektif karena hanya dapat dipergunakan
sekali saja sedangkan RFID dapat dipergunakan berkali-kali “… Thus the same RFID tag is re-used many times.”
(Mamatha, 2013). Label RFID berisi informasi yang disimpan secara elektronik
dan bisa dibaca secara otomatis tanpa perlu ada kontak langsung dengan benda
yang dilacak seperti pada teknologi barcode
hingga beberapa meter jaraknya. Secara garis besar ada tiga komponen dalam
sistem RFID yaitu:
Label
/ tag
RFID
tag atau label RFID adalah ‘alat’
yang dipasang pada sebuah benda, apakah buku atau benda lainnya, yang akan
diberikan datanya. Label RFID ini bisa berupa sticker atau berfungsi sebagai identifikasi dengan menggunakan
gelombang radio.
Reader / pembaca
RFID
terminal reader merupakan peralatan
yang terdiri dari RFID reader dan
antena yang dapat berkomunikasi dengan RFID tag
secara nirkabel dengan tugas mengirim dan menerima informasi.
Middleware
Middleware merupakan
prasarana yang diperlukan diantara interrogator
dan database serta software sistem informasi manajemen yang
dipergunakan dan bertugas mencatat dan mengirim informasi dari tag ke pusat penyimpanan data.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TEKNOLOGI RFID
Perkembangan
teknologi begitu pesat satu dekade belakangan ini. Terkadang, dengan pesatnya
perkembangan teknologi, belum sempat satu teknologi baru diaplikasikan telah muncul teknologi yang baru dengan
peningkatan standar yang lebih baik daripada sebelumnya. Pengaruh dari
pertumbuhan teknologi memang bermacam-macam, ada yang menjadi trending topic pada masanya tetapi tak
jarang teknologi baru yang muncul tidak mendapat sambutan baik untuk diterapkan
pada suatu institusi. Menurut eBizzAsia ada 10 teknologi yang paling
berpengaruh dalam tahun 2005 dan salah satu diantaranya adalah supply
chain: RFID.
RFID merupakan teknologi yang banyak
diperbincangkan dan diaplikasikan pertama kali di dunia bisnis perdagangan.
Wal-Mart merupakan pionir di dunia ritel yang nenerapkan teknologi tersebut.
Keberhasilan penerapan teknologi RFID di Wal-Mart kemudian diikuti oleh
perusahaan ritel lainnya. Perpustakaan menjadi institusi di luar bisnis yang
mengikuti jejak Wal-Mart dalam mengaplikasikan teknologi RFID. “Sistem RFID
telah dipasang di lebih dari 300 perpustakaan di USA … menjadikan perpustakaan
lebih efisien.” (Maryono, 2005).
Kemunculan
teknologi baru selalu menimbulkan perdebatan dan selalu dipertimbangkan
kelebihan dan kekurangannya apabila sudah terkait dengan masalah budget yang harus dikeluarkan untuk
pengadaan, pemeliharaan, dan kelangsungan sistem di masa mendatang. Teknologi
baru memang selalu memberikan perubahan standar tetapi tidak jarang masih
menyisihkan kekurangan. Teknologi RFID selalu dibanding-bandingkan dengan
teknologi terdahulunya yaitu barcode yang telah lebih dahulu menjadi
andalan perpustakaan untuk kurun waktu yang sangat lama. Kekurangan dan
kelebihan kedua teknologi tersebut selalu menjadi pertimbangan, khususnya yang
menyangkut finansial, yang sering menjadi kendala bagi perpustakaan. Teknologi
RFID mempunyai banyak kelebihan dibandingkan dengan teknologi barcode.
Ada beberapa kelebihan yang dimiliki
mengapa teknologi RFID mampu menggeser teknologi barcode dan banyak dimanfaatkan oleh banyak institusi termasuk
perpustakaan. Diantara kelebihan yang dimiliki oleh RFID adalah (1) mempunyai
fungsi identifikasi dan sekuriti, (2) membaca data secara otomatis tanpa
memperhatikan garis arah pembacaan, (3) melewati bahan non konduktor seperti
kertas dan karton, (4) proses pembacaan data sangat cepat, (5) memproses banyak
barang dalam waktu bersamaan, (6) RFID tag masih tetap terbaca meskipun
tertutup kertas atau barang lain, dan
(7) data yang dapat ditampung lebih banyak
daripada alat bantu lainnya (kurang lebih 2000 byte). Diantara kelebihan yang dimiliki oleh teknologi RFID, ada
beberapa kelemahannya diantaranya yaitu (1) masalah biaya dan (2) susceptibility
of the tag (keringkihan
label plastik).
PEMANFAATAN
TEKNOLOGI RFID DI PERPUSTAKAAN
Teknologi barcode yang selama bertahun-tahun mendominasi perpustakaan, secara
perlahan tapi pasti kedudukannya digantikan oleh teknologi RFID. Pemanfaatan
teknologi RFID di perpustakaan dikarenakan kehandalannya dalam membaca dan
mendeteksi bahan perpustakaan yang berfungsi sebagai anti theft (anti maling).
Penerapan teknologi RFID di perpustakaan mendukung kegiatan-kegiatan seperti
proses sirkulasi, pemeliharaan susunan bahan perpustakaan, deteksi bahan
perpustakaan keluar, dan pelayanan pengembalian buku 24 jam. Penerapan sistem
RFID di perpustakaan diantaranya: RFID
tag, conversion station, self check system, staff workstation, digital
library assistant, detection system,
dan self return book drop.
Tidak hanya pelayanan yang berjalan
dengan melainkan juga akses informasi
pemustaka ke koleksi bisa menjadi lebih menyenangkan karena melalui alat digital library assistant, sehingga
kerapihan susunan buku di rak dapat terpelihara dan kekeliruan tempat untuk
sebuah bahan perpustakaan dapat dihindari. Alat ini secara otomatis akan
mendeteksi buku yang tidak ada pada tempatnya ataupun buku yang tidak berada
pada lokasinya sehingga kegiatan shelving
(kegiatan mengembalikan buku pada tempatnya) akan jadi lebih mudah bagi petugas
yang melakukannya.
Dengan penerapan teknologi RFID,
sistem manajemen perpustakaan akan terlihat seperti gambar berikut:
Contoh dari penerapan RFID di
Perpustakaan
MPS
/ Multi Purposes Station
Penerapan
RFID pada layanan sirkulasi diwujudkan dengan disediakannya MPS. Perangkat ini
dipergunakan oleh pemustaka untuk proses transaksi check in (peminjaman), check
out (pengembalian), maupun renew (perpanjangan bahan perpustakaan). Transaksi
sirkulasi menjadi lebih cepat karena teknologi RFID dapat membaca tumpukan
beberapa buku sekaligus dalam waktu bersamaan dengan menggunakan monitor touch screen
(layar sentuh).
Mesin
MPS merupakan seperangkat peralatan yang dipergunakan oleh pemustaka untuk
keperluan transaksi sirkulasi, seperti meminjam, mengembalikan dan memperpanjang
masa pinjaman.
EAS
Gantry
Detection system
contohnya
disebut EAS Gantry (Electronic Article
Surveillance) yang merupakan peralatan sistem deteksi untuk seluruh koleksi
perpustakaan berupa dua pilar yang dirancang selebar tubuh manusia dan
difungsikan sebagai jalan keluar para pemustaka. Alat ini akan memberi sinyal
berupa suara dan lampu yang menyala berkedip apabila ada bahan perpustakaan
yang keluar melewati pintu pengaman tanpa melalui prosedur peminjaman yang
berlaku. Pintu ini merupakan pintu anti
theft yang memproteksi bahan perpustakaan dari tindakan pencurian yang
dilakukan oleh pemustaka.
Book
Drop
Perpustakaan
dapat memberikan pelayanan pengembalian buku 24 jam/ 7 hari seminggu melalui self-return book drop. Fasilitas Book drop
diletakkan diluar gedung utama perpustakaan. Pelayanan ini
memberikan keleluasan kepada para pemustaka untuk mengembalian bahan
perpustakaan kapan saja seperti yang
dikehendaki diluar jam layanan perpustakaan, sehingga pengembalian yang
terlambat atas pinjaman bahan perpustakaan dapat dihindari.
Counter station dipergunakan
untuk memproses koleksi yang masih melibatkan teknologi barcode
dan tentu saja disertai teknologi
RFID berupa label RFID. Saat ini Counter station sangat membantu
Pustakawan dalam memperoses buku yang terlambat dikembalikan tetapi masih
dikehendaki pemustaka untuk dipinjam lagi. Dengan counter station, bahan perpustakaan yang terlambat dikembalikan
tersebut diaktifkan lagi sehingga koleksi menjadi aktif (armed) dan selanjutnya dapat dipinjam melalui MPS.
Penerapan
teknologi RFID sudah berjalan lebih kurang lima tahun. Pustakawan terbantu
dengan kehadiran teknologi tersebut di perpustakaan UPI. Kehadiran teknologi
tidak serta merta mengatasi segala masalah yang dihadapi oleh Titik Layanan
Sirkulasi. Diantara kelebihan yang dihadirkan oleh teknologi RFID bagi
perpustakaan, terselip masalah yang masih dihadapi oleh Pustakawan. MPS sering
dalam keadaan tidak stabil sehingga proses peminjaman, perpanjangan dan
pengembalian koleksi tidak berlangsung dengan lancar. Permasalahan yang timbul
adalah sebagai berikut:
Peminjaman/perpanjangan
yang bermasalah
Koleksi
dipinjam kembali lebih lama dari yang ditetapkan (dalam satu bulan)
Koleksi
yang dipinjam tidak sempurna dilakukan (terjadi tanda * untuk koleksi tertentu
yang dipinjam pada resi peminjaman)
Akibat
dari permasalahan pertama adalah kerugian bagi pemustaka karena koleksi kembali
menjadi satu bulan yang berakibat pada sanksi indisipliner sedangkan akibat
kedua menyebabkan koleksi masih dalam kondisi aktif sehingga terdeteksi oleh
pintu pengaman.
Pengembalian
yang bermasalah.
Koleksi
dikembalikan dalam posisi MPS bermasalah sehingga saat terjadi transaksi
pengembalian koleksi masih dalam status terpinjam, padahal yang sebenarnya
sudah tidak berstatus dipinjam
Ketidakstabilan
mesin lebih disebabkan karena perilaku pemustaka dalam mempergunakan MPS.
Perilaku yang ditunjukkan oleh pemustaka adalah sebagai berikut:
Pemustaka
tidak memahami fungsi-fungsi yang ada pada MPS.
Pemustaka
tidak memahami peringatan yang disajikan dalam bentuk kalimat berwarna merah
yang tertera pada layar monitor MPS.
Pemustaka
terlalu cepat memindahkan menu transaksi satu ke menu transaksi lainnya
saat mengetahui menu yang dipilihnya salah.
saat mengetahui menu yang dipilihnya salah.
Pemustaka
terlalu cepat menarik buku dengan status dipinjam atau terlambat menyimpan buku
yang dipinjam di lempengan (pad).
KESIMPULAN
Keberadaan teknologi baru selalu
mengundang pro dan kontra diantara ahli teknologi. Sisi untung dan rugi selalu
menjadi pertimbangan untuk menerapkan sistem teknologi baru . Keberadaan
teknologi RFID di perpustakaan tidak luput dari pendapat tersebut. Beberapa
perpustakaan telah menerapkan teknologi RFID ini. Teknologi RFID sangat membantu
tugas sehari-hari pustakawan, terkhusus mereka yang berada dibagian pelayanan.
Pelayanan dapat lebih efektif dan cepat karena membuat pemustakanya lebih
mandiri dengan menggunakan teknologi berbasis RFID.
Pintu deteksi membantu staf check point untuk mendeteksi buku yang
dibawa keluar. Pintu akan memberi sinyal dengan lampu menyala berkedip-kedip
dan suara peringatan manakala koleksi dibawa keluar tanpa melewati prosedur
yang benar. Pintu deteksi juga memberikan efek jera bagi mereka yang mencoba
untuk membawa koleksi dengan sengaja atau coba-coba, setidaknya rasa malu akan
timbul sehingga tidak akan mengulangi lagi perbuatan yang sangat merugikan
pemustaka lainnya dengan hilangnya buku dari perpustakaan.
Keberadaan
book drop yang buka 24 jam sehari
membantu para pemustaka untuk mengembalikan buku kapan saja mereka inginkan,
khususnya saat perpustakaan menutup jam layanannya. Penempatan book drop diluar pintu utama
perpustakaan mengurangi antrian
pemustaka yang akan mengembalikan bahan perpustakaan di area sirkulasi dalam
gedung perpustakaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar