Minggu, 01 Mei 2016

Teknologi Radio Frequency Identification (RFID) untuk Perpustakaan

Perpustakaan sebagai penyedia jasa layanan kepada pemustaka untuk meningkatkan pelayanan dengan memanfaatkan sarana dan teknologi yang berkembang pesat. Perkembangan teknologi yang pesat dan ditambah dengan lambatnya proses rekruitmen staf yang sangat diperlukan mendorong  perpustakaan untuk mengubah sistem manajemen yang ada selama ini. Salah satu perkembangan teknologi yang disebut-sebut sebagai penerus teknologi barcode  adalah teknologi RFID (Radio Frequency Identification). Teknologi ini telah diterapkan di perusahaan-perusahaan besar dan beberapa perpustakaan di seluruh dunia mulai mengadopsinya untuk keperluan  kemudahan proses pelayanan pemustaka  dan pelayanan teknis. Bagi pelayanan pemustaka, penerapan teknologi RFID sangat membantu dalam pemberian pelayanan sirkulasi bahan perpustakaan yang dapat dilakukan secara mandiri oleh pemustaka sedang bagi  pelayanan teknis teknologi RFID membantu menekan angka kehilangan koleksi dan memudahkan kontrol inventarisasi buku di perpustakaan seperti yang dikatakan Mamatha (2013): “The libraries across the globe started to use RFID to speed up the self check in/out processes, to control the theft and to ease the inventory control in library”.
Tidak seperti teknologi barcode  yang harus jelas terlihat untuk proses deteksi dan hanya menyimpan data bibliografis buku, teknologi tag RFID bisa ditempatkan di bagian depan atau bagian belakang  buku dan tidak harus terlihat karena tag masih tetap akan terdeteksi. Teknologi RFID dapat menyimpan data koleksi dan mendeteksinya  seperti keberadaan buku di rak, nomor klasifikasi buku, dan pengarang buku.
RFID    
            Sejarah dimulainya RFID mungkin saja masih menjadi perdebatan tetapi yang pasti penggunaan teknologi yang mirip dengan teknologi RFID telah dilakukan pada tahun 1939 oleh tentara Inggris yang menemukan teknologi IFF yang kemudian dipergunakan oleh tentara sekutu untuk melacak keberadaan pesawat kawan maupun lawan saat Perang Dunia II terjadi. Tahun 1945, Léon Theremin menemukan alat-alat pemata-mata yang dapat memancarkan gelombang radio. Yang tak kalah pentingnya adalah tulisan karya ilmiah Harry Stockman berjudul  Communication by Means of Reflected Power yang dimuat di IRE pada tahun 1948 yang memperkirakan bahwa pengembangan teknologi komunikasi tenaga pantulan dan aplikasinya tersebut akan serius ditekuni dan dikembangkan.
            Penemuan Mario Cardullo yang dipatenkan di Paten Amerika Serikat pada tahun 1973 merupakan babak baru RFID modern walaupun masih belum menggunakan istilah RFID untuk penemuannya. Baru pada tahun 1983 Charles Walton mempatenkan temuannya pada Paten Amerika Serikat dengan menggunakan istilah RFID didalamnya.
Teknologi RFID secara perlahan tapi pasti mulai menggeser kedudukan teknologi barcode yang kelebihannya berada dibawah teknologi RFID. Teknologi RFID merupakan teknologi berbasis frekuensi radio. RFID memungkinkan terjadinya komunikasi antara komputer dan benda yang diidentifikasi scara wireless  (nirkabel). Dibandingkan pendahulunya yaitu teknologi berbasis barcode yang hanya dapat mendeteksi benda dengan cara membaca label menggunakan teknologi image, teknologi berbasis RFID  dapat mendeteksi benda dan manusia dengan cara membaca label menggunakan frekuensi radio dengan alat deteksi berupa label RFID atau transponder (tag) yang dimasukkan kedalam sebuah produk seperti yang ditulis oleh Roussos (2008) “… and communication technologies that share the capability to automatically identify objects, locations, and individuals to computing systems without any need for manual intervention.” Penggunaan barcode dianggap tidak efektif karena hanya dapat dipergunakan sekali saja sedangkan RFID dapat dipergunakan berkali-kali “… Thus the same RFID tag is re-used many times.” (Mamatha, 2013). Label RFID berisi informasi yang disimpan secara elektronik dan bisa dibaca secara otomatis tanpa perlu ada kontak langsung dengan benda yang dilacak seperti pada teknologi barcode hingga beberapa meter jaraknya. Secara garis besar ada tiga komponen dalam sistem RFID yaitu:
Label / tag
RFID tag atau label RFID adalah ‘alat’ yang dipasang pada sebuah benda, apakah buku atau benda lainnya, yang akan diberikan datanya. Label RFID ini bisa berupa sticker atau berfungsi sebagai identifikasi dengan menggunakan gelombang radio.


Reader / pembaca
RFID terminal reader merupakan peralatan yang terdiri dari RFID reader dan antena yang dapat berkomunikasi dengan RFID tag secara nirkabel dengan tugas mengirim dan menerima informasi.
Middleware
Middleware merupakan prasarana yang diperlukan diantara interrogator dan database serta software sistem informasi manajemen yang dipergunakan dan bertugas mencatat dan mengirim informasi dari tag ke pusat penyimpanan data.

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TEKNOLOGI RFID

Perkembangan teknologi begitu pesat satu dekade belakangan ini. Terkadang, dengan pesatnya perkembangan teknologi, belum sempat satu teknologi baru diaplikasikan  telah muncul teknologi yang baru dengan peningkatan standar yang lebih baik daripada sebelumnya. Pengaruh dari pertumbuhan teknologi memang bermacam-macam, ada yang menjadi trending topic pada masanya tetapi tak jarang teknologi baru yang muncul tidak mendapat sambutan baik untuk diterapkan pada suatu institusi. Menurut eBizzAsia ada 10 teknologi yang paling berpengaruh dalam tahun 2005 dan salah satu diantaranya adalah  supply chain: RFID.
            RFID merupakan teknologi yang banyak diperbincangkan dan diaplikasikan pertama kali di dunia bisnis perdagangan. Wal-Mart merupakan pionir di dunia ritel yang nenerapkan teknologi tersebut. Keberhasilan penerapan teknologi RFID di Wal-Mart kemudian diikuti oleh perusahaan ritel lainnya. Perpustakaan menjadi institusi di luar bisnis yang mengikuti jejak Wal-Mart dalam mengaplikasikan teknologi RFID. “Sistem RFID telah dipasang di lebih dari 300 perpustakaan di USA … menjadikan perpustakaan lebih efisien.” (Maryono, 2005).
Kemunculan teknologi baru selalu menimbulkan perdebatan dan selalu dipertimbangkan kelebihan dan kekurangannya apabila sudah terkait dengan masalah budget yang harus dikeluarkan untuk pengadaan, pemeliharaan, dan kelangsungan sistem di masa mendatang. Teknologi baru memang selalu memberikan perubahan standar tetapi tidak jarang masih menyisihkan kekurangan. Teknologi RFID selalu dibanding-bandingkan dengan teknologi  terdahulunya yaitu barcode yang telah lebih dahulu menjadi andalan perpustakaan untuk kurun waktu yang sangat lama. Kekurangan dan kelebihan kedua teknologi tersebut selalu menjadi pertimbangan, khususnya yang menyangkut finansial, yang sering menjadi kendala bagi perpustakaan. Teknologi RFID mempunyai banyak kelebihan dibandingkan dengan teknologi barcode.
            Ada beberapa kelebihan yang dimiliki mengapa teknologi RFID mampu menggeser teknologi barcode dan banyak dimanfaatkan oleh banyak institusi termasuk perpustakaan. Diantara kelebihan yang dimiliki oleh RFID adalah (1) mempunyai fungsi identifikasi dan sekuriti, (2) membaca data secara otomatis tanpa memperhatikan garis arah pembacaan, (3) melewati bahan non konduktor seperti kertas dan karton, (4) proses pembacaan data sangat cepat, (5) memproses banyak barang dalam waktu bersamaan, (6) RFID tag masih tetap terbaca meskipun tertutup kertas atau barang lain,  dan (7) data yang dapat ditampung lebih banyak daripada alat bantu lainnya (kurang lebih 2000 byte). Diantara kelebihan yang dimiliki oleh teknologi RFID, ada beberapa kelemahannya diantaranya yaitu (1) masalah biaya dan (2) susceptibility of the tag (keringkihan label plastik).

PEMANFAATAN TEKNOLOGI RFID DI PERPUSTAKAAN

            Teknologi barcode yang selama bertahun-tahun mendominasi perpustakaan, secara perlahan tapi pasti kedudukannya digantikan oleh teknologi RFID. Pemanfaatan teknologi RFID di perpustakaan dikarenakan kehandalannya dalam membaca dan mendeteksi bahan perpustakaan yang berfungsi sebagai anti theft  (anti maling). Penerapan teknologi RFID di perpustakaan mendukung kegiatan-kegiatan seperti proses sirkulasi, pemeliharaan susunan bahan perpustakaan, deteksi bahan perpustakaan keluar, dan pelayanan pengembalian buku 24 jam. Penerapan sistem RFID di perpustakaan diantaranya: RFID tag, conversion station, self check system, staff workstation, digital library assistant, detection system, dan self return book drop.
            Tidak hanya pelayanan yang berjalan dengan  melainkan juga akses informasi pemustaka ke koleksi bisa menjadi lebih menyenangkan karena melalui alat digital library assistant, sehingga kerapihan susunan buku di rak dapat terpelihara dan kekeliruan tempat untuk sebuah bahan perpustakaan dapat dihindari. Alat ini secara otomatis akan mendeteksi buku yang tidak ada pada tempatnya ataupun buku yang tidak berada pada lokasinya sehingga kegiatan shelving (kegiatan mengembalikan buku pada tempatnya) akan jadi lebih mudah bagi petugas yang melakukannya.
            Dengan penerapan teknologi RFID, sistem manajemen perpustakaan akan terlihat seperti gambar berikut:



http://dc182.4shared.com/doc/GfJ_AAIH/preview_html_55d755d0.png
           


Contoh dari penerapan RFID di Perpustakaan

MPS / Multi Purposes Station
Penerapan RFID pada layanan sirkulasi diwujudkan dengan disediakannya MPS. Perangkat ini dipergunakan oleh pemustaka untuk proses transaksi check in (peminjaman), check out  (pengembalian), maupun renew  (perpanjangan bahan perpustakaan). Transaksi sirkulasi menjadi lebih cepat karena teknologi RFID dapat membaca tumpukan beberapa buku sekaligus dalam waktu bersamaan dengan menggunakan monitor touch screen  (layar sentuh).
Mesin MPS merupakan seperangkat peralatan yang dipergunakan oleh pemustaka untuk keperluan transaksi sirkulasi, seperti meminjam, mengembalikan dan memperpanjang masa pinjaman.



EAS Gantry
Detection system contohnya disebut EAS Gantry (Electronic Article Surveillance) yang merupakan peralatan sistem deteksi untuk seluruh koleksi perpustakaan berupa dua pilar yang dirancang selebar tubuh manusia dan difungsikan sebagai jalan keluar para pemustaka. Alat ini akan memberi sinyal berupa suara dan lampu yang menyala berkedip apabila ada bahan perpustakaan yang keluar melewati pintu pengaman tanpa melalui prosedur peminjaman yang berlaku. Pintu ini merupakan pintu anti theft yang memproteksi bahan perpustakaan dari tindakan pencurian yang dilakukan oleh pemustaka.

Book Drop
Perpustakaan dapat memberikan pelayanan pengembalian buku 24 jam/ 7 hari seminggu melalui self-return book drop. Fasilitas Book drop  diletakkan diluar gedung utama perpustakaan. Pelayanan ini memberikan keleluasan kepada para pemustaka untuk mengembalian bahan perpustakaan kapan saja seperti yang  dikehendaki diluar jam layanan perpustakaan, sehingga pengembalian yang terlambat atas pinjaman bahan perpustakaan dapat dihindari.

Counter station dipergunakan untuk memproses koleksi yang masih melibatkan teknologi  barcode  dan tentu saja disertai teknologi RFID berupa label RFID. Saat ini Counter station sangat membantu Pustakawan dalam memperoses buku yang terlambat dikembalikan tetapi masih dikehendaki pemustaka untuk dipinjam lagi. Dengan counter station, bahan perpustakaan yang terlambat dikembalikan tersebut diaktifkan lagi sehingga koleksi menjadi aktif (armed) dan selanjutnya dapat dipinjam melalui MPS.
Penerapan teknologi RFID sudah berjalan lebih kurang lima tahun. Pustakawan terbantu dengan kehadiran teknologi tersebut di perpustakaan UPI. Kehadiran teknologi tidak serta merta mengatasi segala masalah yang dihadapi oleh Titik Layanan Sirkulasi. Diantara kelebihan yang dihadirkan oleh teknologi RFID bagi perpustakaan, terselip masalah yang masih dihadapi oleh Pustakawan. MPS sering dalam keadaan tidak stabil sehingga proses peminjaman, perpanjangan dan pengembalian koleksi tidak berlangsung dengan lancar. Permasalahan yang timbul adalah sebagai berikut:
Peminjaman/perpanjangan yang bermasalah
Koleksi dipinjam kembali lebih lama dari yang ditetapkan (dalam satu bulan)
Koleksi yang dipinjam tidak sempurna dilakukan (terjadi tanda * untuk koleksi tertentu yang dipinjam pada resi peminjaman)
Akibat dari permasalahan pertama adalah kerugian bagi pemustaka karena koleksi kembali menjadi satu bulan yang berakibat pada sanksi indisipliner sedangkan akibat kedua menyebabkan koleksi masih dalam kondisi aktif sehingga terdeteksi oleh pintu pengaman.
Pengembalian yang bermasalah.
Koleksi dikembalikan dalam posisi MPS bermasalah sehingga saat terjadi transaksi pengembalian koleksi masih dalam status terpinjam, padahal yang sebenarnya sudah tidak berstatus dipinjam
Ketidakstabilan mesin lebih disebabkan karena perilaku pemustaka dalam mempergunakan MPS. Perilaku yang ditunjukkan oleh pemustaka adalah sebagai berikut:
Pemustaka tidak memahami fungsi-fungsi yang ada pada MPS.
Pemustaka tidak memahami peringatan yang disajikan dalam bentuk kalimat berwarna merah yang tertera pada layar monitor MPS.
Pemustaka terlalu cepat memindahkan menu transaksi satu ke  menu transaksi lainnya
saat mengetahui menu yang dipilihnya salah.
Pemustaka terlalu cepat menarik buku dengan status dipinjam atau terlambat menyimpan buku yang dipinjam di lempengan (pad).
KESIMPULAN
            Keberadaan teknologi baru selalu mengundang pro dan kontra diantara ahli teknologi. Sisi untung dan rugi selalu menjadi pertimbangan untuk menerapkan sistem teknologi baru . Keberadaan teknologi RFID di perpustakaan tidak luput dari pendapat tersebut. Beberapa perpustakaan telah menerapkan teknologi RFID ini. Teknologi RFID sangat membantu tugas sehari-hari pustakawan, terkhusus mereka yang berada dibagian pelayanan. Pelayanan dapat lebih efektif dan cepat karena membuat pemustakanya lebih mandiri dengan menggunakan teknologi berbasis RFID.
            Pintu deteksi membantu staf check point untuk mendeteksi buku yang dibawa keluar. Pintu akan memberi sinyal dengan lampu menyala berkedip-kedip dan suara peringatan manakala koleksi dibawa keluar tanpa melewati prosedur yang benar. Pintu deteksi juga memberikan efek jera bagi mereka yang mencoba untuk membawa koleksi dengan sengaja atau coba-coba, setidaknya rasa malu akan timbul sehingga tidak akan mengulangi lagi perbuatan yang sangat merugikan pemustaka lainnya dengan hilangnya buku dari perpustakaan.
Keberadaan book drop yang buka 24 jam sehari membantu para pemustaka untuk mengembalikan buku kapan saja mereka inginkan, khususnya saat perpustakaan menutup jam layanannya. Penempatan book drop diluar pintu utama perpustakaan mengurangi antrian pemustaka yang akan mengembalikan bahan perpustakaan di area sirkulasi dalam gedung perpustakaan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar